Plexus Medical Journal https://journal.uns.ac.id/pmj <p align="justify">Plexus Medical journal (PMJ) publishes original research <strong>articles or article review</strong> in the <strong>basic medical sciences, clinical medical sciences, medical education and public health science.</strong></p> <p align="justify">Plexus Medical journal is a <strong>peer-reviewed</strong> and <strong>open access journal</strong> that focuses on promoting medical sciences generated from <strong>basic</strong> <strong>sciences</strong>, <strong>clinical</strong>, <strong>community or public health research</strong>, and <strong>medical education</strong> to integrate researches in all aspects of human health. This journal publishes <strong>original articles</strong>, <strong>reviews</strong>, and also interesting <strong>case reports</strong>. Brief communications containing short features of medicine, latest developments in diagnostic procedures, treatment, or other health issues that is important for the development of health care system are also acceptable. Letters and commentaries of our published articles are welcome.</p> Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret en-US Plexus Medical Journal 2828-187X <p>Copyright @2022. This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0 International License (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).</p> Hubungan Usia Pertama Pemberian MP-ASI dengan Stunted pada Balita Usia 12-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Purwantoro I https://journal.uns.ac.id/pmj/article/view/949 <p><strong>Pendahuluan:</strong> <em>Stunting</em> merupakan suatu kondisi yang menjadi perhatian kesehatan di dunia. Balita yang mengalami <em>stunting</em> mengalami dampak besar di kehidupan kedepannya seperti kesehatan, kecerdasan, dan tumbuh kembang anak. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan yang diberikan pada balita sejak usia 6 bulan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan dan nutrisi balita selain ASI. Namun beberapa balita mendapatkan MP-ASI pada usia &gt;6 bulan, sehingga balita cenderung mengalami malnutrisi dapat berakibat <em>stunting</em>. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia pertama pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada balita.</p> <p><strong>Metode:</strong> Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan <em>cross sectional</em>. Sampel yang digunakan adalah balita yang tercatat di rekam medis Puskesmas Purwantoro I yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan <em>purposive sampling </em>yang berjumlah 100 balita. Variabel bebas adalah usia pertama pemberian MP-ASI dan variabel terikat adalah kejadian <em>stunting. </em>Data analisis menggunakan uji <em>spearman </em>dengan aplikasi SPSS versi 25.</p> <p><strong>Hasil:</strong> Pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama banyak, yaitu 50 balita. Sebagian besar usia pertama pemberian MP-ASI adalah 6 bulan berjumlah 75 balita, usia balita terbanyak adalah 48-59 bulan sejumlah 67 balita. Ditemukan kategori Z-score TB/U terbanyak adalah &lt; -2 SD sejumlah 49 balita. Hasil dianalisis menggunakan uji Spearman dan didapatkan nilai signifikansi 0,297 (<em>sig. 2 tailed </em>&gt; 0,05).</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>Tidak terdapat hubungan signifikan antara usia pertama pemberian makanan pendamping ASI dengan <em>stunted</em> pada balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Purwantoro I.</p> <p> </p> Naufal Sera Musthafa Maria Galuh Kamenyangan Sari Siti Munawaroh Copyright (c) 2024 Naufal Sera Musthafa, Maria Galuh Kamenyangan Sari, Siti Munawaroh https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-03-12 2024-03-12 3 1 1 7 10.20961/plexus.v3i1.949 Gambaran Trauma Kepala Korban Mati Kecelakaan Lalu Lintas yang Ditangani Instalasi Forensik RSUD Dr. Moewardi Tahun 2017-2022 https://journal.uns.ac.id/pmj/article/view/1026 <p><strong>Pendahuluan: </strong>Kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan penyebab utama cedera yang tidak disengaja, terhitung memiliki proporsi terbesar penyebab kematian akibat cedera yang tidak disengaja. Salah satu trauma yang paling banyak ditemukan pada kecelakaan lalu lintas adalah trauma kepala. Pada kecelakaan kendaraan bermotor roda dua maupun tiga, trauma kepala menyebabkan angka kematian paling banyak dan trauma yang paling sering diakibatkan. Penelitian ini mengkaji pola trauma kepala pada korban mati akibat kecelakaan lalu lintas.</p> <p><strong>Metode: </strong>Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi observasional. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah total sampling dengan sampel berupa seluruh kasus kecelakaan lalu lintas yang ditangani Instalasi Forensik RSUD Dr. Moewardi pada periode 2017-2022.</p> <p><strong>Hasil</strong><strong>:</strong> Didapatkan 147 kasus dengan trauma kepala dari 160 kasus kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Bagian wajah lebih sering mengalami cedera dengan 145 kasus daripada bagian kepala yang tertutup rambut dengan 99 kasus. Laserasi merupakan jenis trauma yang paling banyak ditemukan pada kepala, pada wajah sebanyak 98 kasus an pada bagian yang tertutup rambut sebanyak 60 kasus.</p> <p><strong>Kesimpulan</strong><strong>:</strong> Trauma kepala memiliki angka kejadian yang tinggi pada korban mati kecelakaan lalu lintas, memiliki persentase 91,87%. Trauma kepala lebih banyak terjadi di bagian wajah daripada bagian kepala yang tertutup rambut. Laserasi merupakan jenis trauma kepala yang paling sering ditemukan</p> Muhammad Adib Fajar Anwar Wahyu Dwi Atmoko Hari Wujoso Copyright (c) 2024 Muhammad Adib Fajar Anwar, Wahyu Dwi Atmoko , Hari Wujoso https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-03-12 2024-03-12 3 1 8 15 10.20961/plexus.v3i1.1026 Gambaran Sanitasi Lingkungan dan Status Gizi dengan Infeksi Kecacingan pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Singosari, Boyolali https://journal.uns.ac.id/pmj/article/view/1085 <p><strong>Pendahuluan: </strong>Infeksi kecacingan disebabkan oleh kelompok cacing parasit <em>soil transmitted helminths </em>(<em>STH) </em>dan <em>non-STH. </em>Infeksi kecacingan dapat dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan yang buruk serta status gizi yang tidak baik. Anak-anak usia sekolah sangat rentan terhadap infeksi kecacingan karena aktivitasnya yang erat dengan tanah, terutama yang bertempat tinggal di sekitar peternakan dan memiliki orang tua dengan tingkat pendapatan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran sanitasi lingkungan dan status gizi dengan infeksi kecacingan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Singosari, Boyolali. </p> <p><strong>Metode: </strong>Penelitian ini menggunakan metode <em>cross-sectional</em>. Penelitian dilaksanakan di MI Singosari, Boyolali. Subjek penelitian adalah seluruh siswa MI Singosari yang berjumlah 63 siswa. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan data sanitasi lingkungan dan data tinggi dan berat badan siswa didapatkan dari hasil pengukuran antropometri. Pemeriksaan feses dilakukan dengan metode langsung dengan larutan NaCl 0,9% dan lugol di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Data dianalisis dengan metode analisis deskriptif.</p> <p><strong>Hasil</strong><strong>: </strong>Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang mengalami infeksi kecacingan. Data juga menunjukkan bahwa 76,2% siswa memiliki sumber air bersih yang baik, 60,3% memiliki kondisi jamban yang baik, 50,8% memiliki kondisi saluran pembuangan air limbah yang baik, 84,1% memiliki kondisi tempat sampah yang baik, 77,8% memiliki kondisi lantai yang baik, dan 69,8% memiliki status gizi yang baik.</p> <p><strong>Kesimpulan</strong><strong>:</strong> Siswa MI Singosari, Boyolali tidak ada yang mengalami infeksi kecacingan dan mayoritas siswa memiliki kondisi sanitasi lingkungan dan status gizi yang baik.</p> <p> </p> Nurul Anira Irawan Yulia Sari Sri Haryati Khesara Sastrin Prasita Negara Copyright (c) 2024 Nurul Anira Irawan, Yulia Sari, Sri Haryati, Khesara Sastrin Prasita Negara https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-03-12 2024-03-12 3 1 16 26 10.20961/plexus.v3i1.1085 Hubungan Kadar D-dimer pada Ibu Hamil COVID-19 terhadap Kejadian Intrauterine Fetal Death (IUFD) di RSUD Dr. Moewardi https://journal.uns.ac.id/pmj/article/view/1094 <p><strong>Pendahuluan:</strong> Pada kehamilan umumnya terdapat peningkatan aktivitas koagulasi secara fisiologis. Tingkat keparahan COVID-19 juga sejalan dengan aktivasi jalur koagulasi. Salah satu parameter koagulasi adalah D-dimer. Peningkatan kadar D-dimer pada ibu hamil COVID-19 berhubungan dengan terjadinya hiperkoagulabilitas. Perubahan koagulasi tersebut dapat berisiko terhadap kejadian <em>Intrauterine Fetal Death </em>(IUFD) karena terganggunya <em>supply </em>nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kadar D-dimer pada ibu hamil COVID-19 dengan kejadian <em>Intrauterine Fetal Death </em>(IUFD) di RSUD dr. Moewardi.</p> <p><strong>Metode:</strong> Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr. Moewardi dengan menggunakan pendekatan <em>cross-sectional</em>. Jumlah sampel yang diperlukan adalah 67 sampel yang terdapat dalam rekam medis sejak Maret 2020 sampai Maret 2023. Analisis data menggunakan SPSS dengan uji <em>Chi Square</em>. </p> <p><strong>Hasil: </strong>Hasil analisis bivariat pada 67 sampel ibu hamil COVID-19 yang terdiri dari 41 ibu hamil <em>non </em>IUFD dan 26 ibu hamil IUFD dengan menggunakan <em>Chi Square </em>didapatkan <em>P-value </em>sebesar 0,000 (P&lt;0,05) dengan nilai <em>Odds-Ratio</em> 15,111.</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>Terdapat hubungan antara kadar D-dimer pada ibu hamil COVID-19 terhadap kejadian <em>Intrauterine Fetal Death </em>(IUFD).</p> <p> </p> Sania Ainin Nuzula Teguh Prakosa Sigit Setyawan Abdurahman Laqif Copyright (c) 2024 Sania Ainin Nuzula, Teguh Prakosa, Sigit Setyawan, Abdurahman Laqif https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-03-12 2024-03-12 3 1 10.20961/plexus.v3i1.1094 Faktor Risiko Tingkat Keparahan pada Anak dengan Covid-19 di Ruang Isolasi Covid-19 RSUD Dr. Moewardi https://journal.uns.ac.id/pmj/article/view/1103 <p><strong>Pendahuluan: </strong>Covid-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang dapat menyerang semua kalangan usia. Hingga saat ini, penelitian mengenai faktor risiko tingkat keparahan pada pasien anak dengan Covid-19, khususnya di negara berkembang, masih terbatas dengan hasil yang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis usia, jenis kelamin, obesitas, penyakit bawaan, dan asma sebagai faktor risiko tingkat keparahan Covid-19.</p> <p><strong>Metode: </strong>Penelitian menggunakan metode deskriptif desain <em>cross sectional</em> yang dilakukan pada bulan Mei-September 2023 di Rumah Sakit Dr. Moewardi dengan jumlah sampel sebanyak 60 pasien dengan data sekunder dan diolah menggunakan SPSS analisis <em>chi square</em> dan uji regresi logistik.</p> <p><strong>Hasil</strong><strong>: </strong>Dari 60 pasien yang diteliti dalam penelitian ini 40% di antaranya mengalami tingkat keparahan kritis. Berdasarkan analisis multivariat, terdapat satu variabel yang memengaruhi tingkat keparahan, yaitu penyakit jantung bawaan (OR = 6,000, 95% CI: 1,890-19,043, p = 0,002). Sementara itu, variabel usia hanya berpengaruh signifikan pada analisis bivariat. Untuk variabel jenis kelamin, obesitas, dan asma tidak menunjukkan hasil yang signifikan pada analisis bivariat.</p> <p><strong>Kesimpulan</strong><strong>: </strong>Faktor risiko yang memengaruhi tingkat keparahan yaitu pasien dengan riwayat penyakit jantung bawaan.</p> <p> </p> Gerardo Daniel Fernando Sri Martuti David Anggara Putra Copyright (c) 2024 Gerardo Daniel Fernando, Sri Martuti, David Anggara Putra https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-03-12 2024-03-12 3 1 35 43 10.20961/plexus.v3i1.1103