Hubungan Usia Pertama Pemberian MP-ASI dengan Stunted pada Balita Usia 12-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Purwantoro I

Authors

  • Naufal Sera Musthafa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
  • Maria Galuh Kamenyangan Sari SMF Ilmu Kesehatan Anak, Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
  • Siti Munawaroh Laboratorium Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.20961/plexus.v3i1.949

Keywords:

Makanan pendamping ASI, Pediatri, Status Gizi, Stunted, Waktu pemberian MP-ASI

Abstract

Pendahuluan: Stunting merupakan suatu kondisi yang menjadi perhatian kesehatan di  dunia. Balita yang mengalami stunting mengalami dampak besar di kehidupan kedepannya seperti kesehatan, kecerdasan, dan tumbuh kembang anak. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan yang diberikan pada balita sejak usia 6 bulan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan dan nutrisi balita selain ASI. Namun beberapa balita mendapatkan MP-ASI pada usia >6 bulan, sehingga balita cenderung mengalami malnutrisi dapat berakibat stunting. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia pertama pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada balita.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah balita yang tercatat di rekam medis Puskesmas Purwantoro I yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan purposive sampling yang berjumlah 100 balita. Variabel bebas adalah usia pertama pemberian MP-ASI dan variabel terikat adalah kejadian stunting. Data analisis menggunakan uji spearman dengan aplikasi SPSS versi 25.

Hasil: Pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama banyak, yaitu 50 balita. Sebagian besar usia pertama pemberian MP-ASI adalah 6 bulan berjumlah 75 balita, usia balita terbanyak adalah 48-59 bulan sejumlah 67 balita. Ditemukan kategori Z-score TB/U terbanyak adalah < -2 SD sejumlah 49 balita. Hasil dianalisis menggunakan uji Spearman dan didapatkan nilai signifikansi 0,297 (sig. 2 tailed > 0,05).

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara usia pertama pemberian makanan pendamping ASI dengan stunted pada balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Purwantoro I.

 

References

Aguayo, V.M. and Menon, P. (2016). Stop stunting: Improving child feeding, women’s nutrition and household sanitation in South Asia. Maternal and Child Nutrition, 12: 3–11.

AsDI, IDAI and PERSAGI (2015). Penuntun Diet Anak. 3rd edn. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015.

Bappenas (2021). Rencana Aksi Pangan Dan Gizi Tahun 2021-2024, (18): 6.

Fewtrell, M. et al. (2017). Complementary feeding: A position paper by the European Society for Paediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition (ESPGHAN) committee on nutrition. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, 64(1): 119–132.

Flora, R. (2021). Stunting Dalam Kajian Molekuler. UPT. Penerbit dan Percetakan.

IDAI (2015). Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Ikatan Dokter Anak Indonesia [Preprint].

IDAI (2018). Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI).

Kemenkes (2017). Gizi, Investasi Masa Depan Bangsa. Warta Kesmas: 6–9.

Kemenkes RI (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5): 1163–1178.

Khasanah, D.P., Hadi, H. and Paramashanti, B.A. (2016). Waktu pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) berhubungan dengan kejadian stunting anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics), 4(2): 105.

Kusumaningrum, T., Maliya, A. and Hudiyawati, D. (2016). Gambaran FaktorFaktor Ibu Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif Di Desa Cepokosawit Kabupaten Boyolali.

Mikhail, W.Z.A. et al. (2013). Effect of Nutritional Status on Growth Pattern of Stunted Preschool Children in Egypt. Academic Journal of Nutrition, 2(1): 1–09.

Oktavia, R. (2021). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Stunting. Jurnal Medika Hutama, 03(01): 1616–1620.

de Onis, M. and Branca, F. (2016). Childhood stunting: A global perspective. Maternal and Child Nutrition, 12: 12–26.

Par’i, H.M., Wiyono, S. and Harjatmo, T.P. (2017). Penilaian status gizi : Bahan ajar gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Prendergast, A.J. and Humphrey, J.H. (2014). The stunting syndrome in developing countries. Paediatrics and International Child Health, 34(4): 250–265.

Rahayu, A. et al. (2018). Study Guide - Stunting dan Upaya Pencegahannya. Buku stunting dan upaya pencegahannya.

Sandjojo, E.P. (2017). Buku Saku Desa Dalam Penanganan Stunting.in Buku Saku Desa Dalam Penanganan Stunting: 42.

Sastroasmoro, S. and Ismael, S. (2014). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. 5th edn. Jakarta.

Schmidt, C.W. (2014). Beyond malnutrition: The role of sanitation in stunted growth. Environmental Health Perspectives, 122(11): A298–A303.

Stewart, C.P. et al. (2013). Contextualising complementary feeding in a broader framework for stunting prevention. Maternal and Child Nutrition, 9(S2): 27–45.

Susamma, V. and Anupama, S. (2015). Textbook of Pediatric Nursing. 1/e.

Tessema, M. et al. (2018). Associations among high-quality protein and energy intake, serum transthyretin, serum amino acids and linear growth of children in Ethiopia. Nutrients, 10(11): 1–17.

Titaley, C.R. et al. (2019). Determinants of the stunting of children under two years old in Indonesia: A multilevel analysis of the 2013 Indonesia basic health survey. Nutrients, 11(5).

WHO (2021). Stunting prevalence among children under 5 years of age (%) (model-based estimates).

Widaryanti, R. (2019). Pemberian Makan Bayi dan Anak. 1st edn. Deepublish Publisher.

Downloads

Published

2024-03-12

Issue

Section

Articles